Selasa, 24 Desember 2013

Mungkin Aku Menjadi Perempuan yang Paling Berbahagia

          Sore itu, saat orang-orang melepas lelah, saat orang-orang menghentikan aktivitas mereka untuk sejenak bertafakur padaNya, tapi jalan tetaplah ramai seperti alunan musik di hatiku, tak henti, terus mengalun. aku sudah bertafakur beberapa menit lalu. Aku menatap langit, bintang bertebaran, bulan menggantung seperti lampu lampion pada perayaan imlek. Aku baru ingat jika aku harus pergi menemuimu, senyumku mengembang, rasaku membuncah, detik ini juga musik di hatiku mengalun lebih cepat dan tak beraturan, mungkin musik rock, bukan sebuah musik melankolis. lampu-lampu menyambut kemerlap hati kami yang sama-sama dibuncah oleh perasaan yang tak menentu.
          Dari kejauhan tampak laki-laki dengan kharismanya, dia tidak terlalu tampan, apakah hal seperti itu masih dipermasalahkan pada saat ini? Tidak. Laki-laki dengan jacket merah, tersenyum, menyapa, manis sekali, aku sulit mendeskripsikan sebuah rasa yang tiba-tiba hadir, rasa yang lain. Kamu banyak bercerita, aku suka saat mata kita beradu, saat kita saling duduk berhadapan tanpa ada sepatah kata apapun, aku dan kamu hanya melempar senyum, melempar pandangan yang begitu lekat, orang yang tak tahu pun pasti mengira aku dan kamu adalah orang yang aneh. aku tak menghiraukan hal itu, aku tak peduli. Aku menyusuri raut mukamu, memohon, aku ingin kamu yang selalu memberiku kata "aku selalu ada di sini buat kamu". Mungkin malam ini aku menjadi perempuan yang paling berbahagia, satu minggu yang lalu kita saling berjanji untuk saling menjaga, saling menyayangi, dan saling percaya. Aku menyayanginya, sungguh.
               Kamu menatapku lebih lekat, tanganku terpaut dengan jemari tanganmu yang sekarang masih bisa kurasakan ketulusan yang mengalir di dalamnya, aku tak mampu menengadah lagi, aku percaya.


Aku dan Kamu
31 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar