Senin, 30 Desember 2013

Dandelion

Dandelionku, begitu aku memanggilmu. Senyummu selalu mengembang saat aku memanggilmu dengan sebutan itu. Kau seperti bunga dandelion, bunga liar yang kuat, bunga liar yang tetap hidup meski tumbuhan lain telah mati. Dandelion akan tetap hidup selama sinar matahari tetap menyinarinya, seperti kau yang senantiasa memanggilku matahari, ya aku yang membuatmu tetap hidup, kau pernah mengatakan jika akulah cahaya matahari itu, yang senantiasa menemanimu, membuatmu semakin kuat, membuatmu semakin tumbuh dengan pucuk-pucuk rinai kibasan setiap helai dandelion yang gugur. Kau mengatakan bahwa aku juga yang senantiasa membuatmu semakin kuat dandelion, di sela-sela batu, di pinggiran rel kereta api, di bongkahan-bongkahan batu berpasir, dan di sela-sela padang ilalang, kau bisa tumbuh dimana saja asal ada aku.

Dulu aku menemukanmu, diantara rintik hujan, kau menangis dandelionku, kau begitu berbeda dengan dandelion yang selalu ku lihat sekarang. Raut wajahmu menunjukkan kau lelah, tak seperti dandelion, kau peluk kedua lututmu dengan tangan menelungkup. Aku terduduk tepat di depanmu, memandangimu, aku tak tahu harus melakukan apa, aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Kau terus menangis, kau tak menyadari kehadiranku, rintik hujan mulai tak berjarak, terus membasahi bunga dandelionku. Kau nampak terluka, kau nampak rapuh, Sedang apa kau disini? Aku memberanikan diri bertanya, perlahan kau angkat mukamu, sendu, wajah yang sendu, raut penuh luka, raut penuh harapan, raut yang polos, rintik hujan tak mampu menerobos derai air mata itu, lampu temaram juga tak mampu menghalangi mataku untuk bisa melihat jelas wajahmu. Kau tiba-tiba memelukku, entah aku tak mengerti, mungkin kau menemukan tempat yang teduh dimataku, kau sesenggukan di pundakku, kau memeluk erat pundakku. Aku bingung, aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Lirih kau berkata "mengapa tak pernah ada yang tulus?", aku mendongak, hujan menusuk mataku, pedih, aku memelukmu erat, berkata pelan, lirih, bahkan seperti samasekali tak terdengar "Mengapa tak ada yang bisa menerima ketulusanku?", kau melepaskan pelukanmu, perlahan, lalu menatap mataku. Kau menatap mataku lekat. Lirih kau bertanya "Kamu kenapa?". Aku tak apa-apa, lirih suaraku menjawab, hujan terus membasahiku, aku tak peduli, aku tak merasakan rintik hujan ini perlahan semakin menusuk pundakku.

"Aku tak mengerti mengapa dia tega meninggalkanku, aku tak mengerti mengapa dia memutuskan untuk tiba-tiba pergi, aku selalu seperti ini, mungkin belum takdirku bertemu dengan matahariku", kali ini kau berkata sambil menatap kosong lampu taman, sejak pertemuan malam itu, kita menjadi sering bertemu, bahkan hanya sekedar untuk jalan-jalan.
"Aku juga tak mengerti, mengapa ketulusanku selalu tak berarti", kataku sambil menatap wajahmu yang masih menatap kosong lampu taman, kau tersenyum, itu pertama kalinya aku melihatmu tersenyum setelah pertemuan pertamaku denganmu, setelah satu tahun kejadian malam-malam di bawah rintik hujan kau menangis sambil memelukku berlalu.
"Mungkin kita belum bertemu dengan orang yang tak tau rasanya luka", kau menatapku, membuatku cepat-cepat memalingkan muka agar aku tak ketahuan kalau aku suka mencuri-curi waktu untuk memandangimu.
"Bukan begitu matahariku?", kau tertawa menampakkan gigimu yang rapi, kau berlari meniup bunga-bunga dandelion di taman itu. Entah darimana datangnya, kunang-kunang mengelilingimu, tepat diatas kepalamu, seraya bunga dandelion berguguran, kau tampak gembira, ku lihat dari kursi taman ini, aku tersenyum, hangat. Senyum lepasku juga setelah satu tahun terakhir aku masih berkutat dengan cinta lamaku.

Entah semua berawal darimana, mulai saat itu, setelah lampu taman itu mulai mati secara otomatis, kau menjadi dandelion dan aku mataharimu. Katamu "Kau yang membuatku hidup kembali, kau yang mampu mempertahankan dandelion hingga bunganya yang berguguran menjadi tumbuh dengan kuncup yang putih".


Untuk Kamu Matahariku
22.33 WIB
30 Desember 2013



Minggu, 29 Desember 2013

Aku Menjadi Temanmu Hanya Ketika Kau Bersedih

Aku menjadi temanmu hanya ketika kau sendiri, aku menjadi temanmu hanya ketika kau sedih, dan aku menjadi temanmu hanya ketika kau sedang terluka. Aku tak mempermasalahkan itu, aku pun selalu menerima saat kau datang padaku hanya saat hatimu terluka. Aku adalah bagian dari masalalumu, aku hanya bagian dari sesuatu yang pernah kau sentuh, jangan tanyakan apa aku masih menautkan rasaku utnukmu, tentu saja tidak, semua telah hilang beberapa tahun lalu, semua telah hilang dan yang tertinggal hanyalah sebuah perasaan untuk tetap menjalin sebuah hubungan pertemanan. Aku ingin kau juga membutuhkanku saat kau senang, aku juga ingin kau membutuhkanku saat kau tertawa, aku juga ingin kau tertawa bersamaku, sebagai seorang teman lama yang kembali hadir dalam kehidupanmu. Tapi kenyataannya kau hanya membutuhkanku saat kau ditnggalkan orang yang begitu kau banggakan, bukan hanya sekali, tetapi berulang-ulang, aku bosan ketika kau pura-pura tak mengenalku saat kau telah temukan cintamu kembali, aku bosan saat kau tak peduli jika aku sedang membutuhkan seorang teman untuk sedikit berbagi tentang masalah yang aku hadapi. aku benci dengan kepura-puraanmu, aku benci semua sikapmu.

Seperti siang itu, hanya sebuah basa-basiku untuk membuatmu bicara, tapi lagi-lagi kau seperti tak mengenaliku, acuh, apa maksudnya? aku tak pernah tau apa maksudmu, aku juga tak pernah mengerti mengapa kau begitu angkuh, mungkin telah kau temukan cintamu yang baru (lagi), entah dia yang keberapa kalinya untukmu. Aku bosan mendengar setiap cerita disaat kamu sendiri seperti 3 bulan lalu, hampir setiap ceritamu sama, mereka tak menerima kekuranganmu, aku turut sedih, aku turut merasakan lukamu, tentu saja karena aku pernah merasakan apa yang kamu rasakan saat aku denganmu dulu. Sudahlah, kenapa aku jadi membahas cerita tentang kita (dulu), itu samasekali tak ingin ku ingat, dan yang aku ingat adalah kita teman, kita teman yang saling melengkapi. Aku pernah berpikir kenapa kau cepat sekali menemukan cinta yang baru? lagi-lagi jangan tanyakan apa aku cemburu? tentu saja tidak, aku hanya mengingatkan, aku selalu mengingatkan, jangan terlalu cepat jatuh cinta. Tapi mungkin kata-kataku hanya angin lalu bagimu, aku siapa? bukan siapa-siapa, orang yang penting? mungkin bukan, setelah lama aku berpikir, sekarang aku mengerti, aku selalu terganti dengan cintamu yang baru, aku teman yang selalu terlupakan saat cintamu hadir, aku teman yang tak kau kenal ketika kau bahagia, aku selalu mendoakanmu, aku selalu berharap yang terbaik untuk hubungan cintamu, dengan siapapun perempuan itu, aku selalu memohon, agar kau tetap bahagia, karena jika kau bahagia kau tak akan lagi mengingatku. sedangkan jika kau bersedih kau kembali mengingatku, lebih baik benar-benar hilang dari hidupmu daripada menahan luka karena merasa tidak kau anggap ada saat kau bahagia. Aku bahagia dengan hidupku, dengan atau tanpa kamu.





Untuk Teman yang Dulu Pernah Menyentuh Hidupku
20.52 WIB
29 Desember 2013 

Selasa, 24 Desember 2013

AKU

1. Aku menjadi sangat suka dengan suara kereta yg sdng melintas, entah mengapa sprti mengingatkanku akan sesuatu, apalagi saat kudengar suara kereta lewat saat jam 3 pagi, saat aku dan teman2 sholat Lail.
2. Aku meliht senja sore itu, langit d tgl 16 Mei 2013, indah, indah sekali, jingga, biru yg mulai meredup karene mendung.
3. Aku merasakan hujan, ya hujan pertama disana, lebat, sejuk, dan meneduhkan.
4. Aku merasakan kebersemaan, benci, bahkan tidak suka dengan teman karena sebuah sikap yg menurutku "aneh", egois memang :).
5. Aku masih suka dgn bntang2 mlm itu, lngit 15 Mei, cantik, bulan sabit menggantung diatas kepalaku, dekat dn ingin ku gapai.
6. Aku melihat 3 nama di buku "studi islam II ku"ah buku itu lagi2 membuatku mengingat mereka. Ibnu, Rikas, Imam. Tapi apa kalian tau? Nama Imam di baitul arqam ini dimana mana ada, bahkan stiap hri aku harus melihat dan mengucapkan kata itu, mulai dari fasilitator yg brnama Imam, sbtan untuk pementor "Imam Training dn Co Imam" dan nama2 di jadwal, selalu ada nama itu.
7. Aku menghapus nama itu disetiap lembar demi lembar buku, ya aku akan melupakannya :).
8. Aku baru sadar jika mereka begitu perhatian deganku, iya mreka, teman2ku, ada Chrismeina, asih, indri, nurul, tia, wening, nur, nila, azmi, desti, riyana, wahyu, titis, hanif, dn masih bnyk lagi.
9. Aku melihat wajah perempuan itu, hampir sama seperti wajah orang yg menjadi kekasihnya sebelum aku, dan yang sekarang sedang di impikannya untuk kembali dengannya. Mahasiswi ekonomi, Heni mamanya, lumayan akrab denganku.
10. Aku ingat, jika tgl 15 kemarin ultah tiwi, sahabat kecilku, dan hri ini, 17 Mei 2013, ulang tahun diyah, sahabatku juga. Maav karena aku mengucapkan tak seperti biasanya.
11. Aku selalu membawa boneka kura2ku, ya itu bneka hadiah 17 tahunku, manis, lucu dari seorang yang sempat berarti di hidupku, Rikas.
12. Aku senang, aku bisa tertawa dengan mereka, iya teman2ku, mereka unik.
13. Aku dan Chris, hampir setiap pagi dan sore selalu berebut untuk antre kamar mandi.
14. Aku disana susah puppy, gatau kenapa :D.
15. Aku selalu melihat jingga di bawah hitam, ya itu langit indah setelah sholat subuh.
16. Aku suka memandang lampu dari lantai 2, lampu under pass itu, orange, sama seperti senja.
17. Aku harus mendengar cerita yang seram, tentang hantu di asrama D, sempat takut, tapi tak terlalu kupikirkan.
18. Aku paling suka saat malam, saat ingin beranjak tidur, harus bermain dengan teman2 dulu, bercanda dengan mereka, curhat tentang seseorang, seru sekali.
19. Aku suka makanan disini, jauh beda dgn baitul arqam pertama, jika dulu makan hari makin g enak, kalau baitul arqam 2 makin hari makin enak, hampir setiap hari ayam dan telur.
20. Aku merasa kehilangan setelah pulang tadi, ya karena besok tak lagi kutemui suasana seperti ini.







17 Mei 2013
7.20 p.m

Mereka dan Bahagianya yang Sederhana

Lelah kaki tak seperti lelah mereka, apalah arti lelahku dibandingkan lelah mereka? Puluhan kilometer jalan yg menanjak? Puluhan kilometer jalan yang teramat sulit dilalui jika kabut mulai turun.
Tuhan, lihatlah kaki mereka, kaki yang kuat, kaki yang penuh urat, kaki yang tebal karena jalan setapak, lalu Tuhan? Lihatlah beban di punggungnya. Tua, muda, bahkan anak2, mereka yang kurang dalam ilmu, tapi mereka yang lebih pada syukurMu.
Tuhan, aku menangis, ketika tangan2 kecil itu menyambut uluran tanganku, menyambut kedatanganku, kedatangan kami.
Tuhan, lihatlah saat tangan2 mereka terangkat penuh harap, penuh suka cita menyambut sebuah buku tulis, sebuah pakaian, lihatlah kaki2 kecil mereka saat menahan dingin kabut, saat harus menyesuaikan keadaan dgn fisik, saat harus menopang walau sebenarnya tak harus mereka lakukan.
Tuhan, mereka tak meminta lebih, mereka hanya ingin bahagia dgn sederhana, mereka hanya ingin kaki dan tngannya berguna, mereka tak mengeluh, tak pernah mengeluh, walau jauh, walau susah, walau sulit dari yg biasa kami keluhkan.
Lihatlah tatap mata mereka Tuhan, ketulusan, keinginan, harapan yg ingin mereka wujudkan.
Aku ingin mereka selalu tersenyum, walau terbatas, walau sulit.
Kaki2 kecil mereka Tuhan, kelak akan melangkah, kelak akan membuat kebanggaan untuk mereka.
Terimakasih untuk pengalaman dan indahnya dunia yg Kau ciptakan :).

Bersama keluarga keduaku, HMP PBSID
30 Nov - 1 Des 2013.
Tempel, Jrakah, Selo, Boyolali.

Mungkin Aku Menjadi Perempuan yang Paling Berbahagia

          Sore itu, saat orang-orang melepas lelah, saat orang-orang menghentikan aktivitas mereka untuk sejenak bertafakur padaNya, tapi jalan tetaplah ramai seperti alunan musik di hatiku, tak henti, terus mengalun. aku sudah bertafakur beberapa menit lalu. Aku menatap langit, bintang bertebaran, bulan menggantung seperti lampu lampion pada perayaan imlek. Aku baru ingat jika aku harus pergi menemuimu, senyumku mengembang, rasaku membuncah, detik ini juga musik di hatiku mengalun lebih cepat dan tak beraturan, mungkin musik rock, bukan sebuah musik melankolis. lampu-lampu menyambut kemerlap hati kami yang sama-sama dibuncah oleh perasaan yang tak menentu.
          Dari kejauhan tampak laki-laki dengan kharismanya, dia tidak terlalu tampan, apakah hal seperti itu masih dipermasalahkan pada saat ini? Tidak. Laki-laki dengan jacket merah, tersenyum, menyapa, manis sekali, aku sulit mendeskripsikan sebuah rasa yang tiba-tiba hadir, rasa yang lain. Kamu banyak bercerita, aku suka saat mata kita beradu, saat kita saling duduk berhadapan tanpa ada sepatah kata apapun, aku dan kamu hanya melempar senyum, melempar pandangan yang begitu lekat, orang yang tak tahu pun pasti mengira aku dan kamu adalah orang yang aneh. aku tak menghiraukan hal itu, aku tak peduli. Aku menyusuri raut mukamu, memohon, aku ingin kamu yang selalu memberiku kata "aku selalu ada di sini buat kamu". Mungkin malam ini aku menjadi perempuan yang paling berbahagia, satu minggu yang lalu kita saling berjanji untuk saling menjaga, saling menyayangi, dan saling percaya. Aku menyayanginya, sungguh.
               Kamu menatapku lebih lekat, tanganku terpaut dengan jemari tanganmu yang sekarang masih bisa kurasakan ketulusan yang mengalir di dalamnya, aku tak mampu menengadah lagi, aku percaya.


Aku dan Kamu
31 Januari 2013

TEKNOLOGI INTERNET? PERLU ATAU TIDAK?


TEKNOLOGI INTERNET? PERLU ATAU TIDAK?
Oleh: Liza Tri Handayani
Berbicara mengenai teknologi pasti tidak ada yang tidak tahu, hampir anak usia 2 tahun saja sudah mulai mengenali apa itu internet, dari yang muda sampai yang tua sekalipun tidak asing lagi dengan internet. Sebenarnya bagaimana peran internet? Apakah internet banyak mendatangkan sisi positif daripada sisi negatif? Seharusnya sebuah teknologi diciptakan agar dapat memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Namun, itu hanyalah sebuah persepsi kuno. Pada kenyataannya teknologi atau lebih kepada internet sendiri bisa membuat manusia menjadi bergantung pada internet. Internet menyediakan fasilitas informasi yang lengkap, kita bisa mendapatkan informasi yang kita mau, bahkan dengan internet itu juga kita bisa meng-copast apa yang kita butuhkan. Sehingga di zaman sekarang ini banyak sekali terjadi plagiat.
Tidak hanya itu saja, internet juga bisa membuat anak bergantung pada internet. Misal saja sekarang ini social media telah bertebaran di internet, faktanya anak lebih suka bermain di social media daripada belajar. Bahkan anak usia SD saja banyak yang telah memiliki facebook. Usia anak SD juga telah memiliki handphone. Dari hal-hal itu ternyata banyak pengaruh yang timbul, mulai dari anak yang malas belajar, psikologi yang mulai berubah, yang seharusnya anak masih dalam masa bermain-main sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya, tetapi sekarang ini anak berkembang dan mulai dewasa dini, anak menjadi cepat berkembang tingkat psikologisnya, tetapi perkembangannya itu tidak sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.
Peran orang tua sangat perlu dalam membimbing anak, memandu anak untuk bisa memilih dan memilah mana saja hal yang baik dan hal yang buruk. Mana saja hal yang dianggap perlu dan hal yang dianggap tidak perlu. Sehingga anak tetap berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Apakah perlu atau tidak sebuah teknologi? Jawabannya adalah relatif, jika kita bisa menggunakan sebuah fasilitas sesuai porsi dan sesuai dengan kebutuhan pasti dampak negatif dapat terminimalisir. Tetapi bagaimana dengan porsi yang berlebihan dalam penggunaan teknologi? Tentu saja akan ada dampak negatif seiring penggunaan yang berlebihan, manusia sampai-sampai diperbudak teknologi. Jadi, perlu atau tidaknya sebuah hal itu sesuai dengan apa yang kita butuhkan, kita tahu bahwa segala hal yang berlebihan tentu tidak baik, sehingga dari hal itu kita bisa belajar untuk menggunakan segala hal sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Cara Melakukan Burning ke CD

Dulu waktu saya masih SMP saya kira memasukkan file ke CD itu tinggal melakukan copy paste, ternyata itu salah setelah saya bertanya pada guru saya. Yah, ternyata kita harus melakukan proses Burning. Apa itu Burning ? Yaa, itu tadi, burning adalah proses memasukkan file kedalam CD atau DVD.

Nah, kenapa kok namanya Burning ? Kalu diterjemahkan kan artinya Pembakaran. Yaa, karena memang saat kita memasukkan file ke CD, CD tersebut dipanaskan atau dibakar dengan sinar X. Secara kasat mata kita tidak bisa melihat bekas pembakaran tersebut. Tapi ya sudahlah, yang penting data sudah tersimpan di dalam CD.
Okelah, langsung aja ya. Kamu membutuhkan software yang namanya Nero

  1. Buka Nero kamu, disini saya menggunakan Nero 7

    Sorot pada Data kemudian klik Make Data CD
  2. Klik Add untuk menambahkan file yang akan dimasukkan ke CD

    Kemudian klik Next
  3. Beri nama CD dan kemudian klik Burn
    Kamu juga bisa mengatur kecepatan penulisan sebelum menombol Burn
  4. Tunggu sampai proses selesai
  5. Selesai deh proses burning,, CD kamu akan keluar sendiri
Gimana, gampang kan cara memasukkan data ke dalam CD

Sumber: http://gustitammam.blogspot.com/2012/03/cara-melakukan-burning-ke-cd.html

Senin, 23 Desember 2013

KUKIRA



KUKIRA
(Karya Liza Tri Handayani)

Rinai daun mulai menguning
Kelopak bunga tanggal satu-persatu
Air dalam kolam beriak hitam pekat
Langit biru serupa duniamu

   Penamu tak tertulis
   Rautmu mulai tak tampak
   Entah aku mulai terbiasa
   Tak ada lagi tulisan pena kecil tanganmu

Di ujung jalan tampak ilalang gersang
Melenggak-lenggok tanpa arah
Duniamu mulai menghilang
Bayangmu mulai tertutup keangkuhan

                       Kini semua tampak palsu
                       Meski aku pernah tahu semua semu
                       Langkah kaki kehilangan merasuk sukma
                       Lalu aku bertanya, haruskah kuterima?

Layaknya senja datang sepi
Layaknya pekat hitam kerinduan
Masih terdiam membungkus percakapan
Akankah hanya ketuk hati yang tersembunyi?

Rabu, 26 Juni 2013

RESENSI NOVEL



LOL (LAUGH OUT LOUD) KAMBING JANTAN
Judul                 : Kambing Jantan
Pengarang         : Raditya Dika
Penerbit            : Gagas Media
Halaman           : 237 halaman
Tahun Terbit      : 2005
Harga               : Rp 35.000,00
Kategori           : Nonfiksi-Komedi

                 Raditya Dika (Radith/ Kambing/ Dika) adalah seorang penulis yang menurut saya “gila”, penulis yang satu ini memiliki selera humor yang tinggi, karya-karyanya mampu  membuat orang yang membacanya gila akut dan bisa mati ayan karena tertawa terus-menerus. Bahkan, bukunya sering dianggap menyesatkan, tidak berisi, dan bisa membuat orang menjadi bodoh.
            Salah satu bukunya yang terkenal adalah Kambing Jantan yang merupakan karya nonfiksinya yang pertama. Awalnya buku ini lahir dari kegiatan iseng-iseng Dika yang menulis jurnal harian di internet atau sekarang bahasa gaulnya: blog. Namun, lama-kelamaan banyak yang suka membaca kisah hidupnya yang aneh, banyak yang mengatakan lucu, hingga suatu ketika, muncul sebuah pertanyaan saat Dika sedang diinterview mengenai blog oleh salah satu website lokal: “Bagaimana kalau suatu hari blognya dibukukan?”, hingga pada akhirnya hadirlah buku ini.
            Secara umum buku ini berisi catatan harian Dika ketika masih di SMA hingga kuliah di Adelaide, Australia. Berbagai macam kesialan yang dihadapi Dika justru mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri yang justru menghibur diri pembaca dengan membaca bagaimana saat Dika menghadapi malapetaka itu dengan cara yang mengocok perut. Buku ini berisi full-humor dan kejadian-kejadian nyata sehari-hari yang dialami Dika yang ditulis dengan sentuhan humor, mulai dari pengalaman hampir mati kekurangan oksigen karena kentut saat terperangkap di lift, difoto temannya saat mandi dalam keadaan telanjang, sampai hal yang absurd seperti diikuti orang homo saat di bioskop. Hingga hal aneh seperti berikut:
“Esok paginya, ternyata jerawat gw makin banyak!!!! Tidakkk… rupanya ada yang infeksi gitu soalnya si tukang salon salah ngasih obat…
Nyokap gw langsung panik, mulai saat itu dia tiap malem bersiin muka gw pake lotion ama toner pembersih. Ajaibnya setiap kali dibersiin ama dia, paginya pasti jerawat gw berkurang banyak sekali!!!!
Selidik punya selidik, gw bertanya pada sang mama…
Gw      : Ma, kok jerawatnya ilangnya banyak banget sih? Lotionnya bagus yah?
Nyokap: Wahhh… rahasianya bukan di krim ato tonernya, Kung…
Gw      : Trus?
Nyokap: Rahasianya tuh pada kain yang mama pake buat bersiinmuka kamu!
Pas gw ngeliatin tuh kain ternyata bentuknya segitiga, ternyata ada karetnya di bagian atas… ternyata… itu adalah kolor bokap gw!!!!!!!
TIIIDAAAAAKKK…. jadi selama ini nyokap gw menjamah dan mengusap muka gw pake kolornya bokap… Huhuhuu… nasib… tapi manjur lho!
Pesan moral: ternyata selain buat topi, kolor punya kegunaan lalin yang menakjubkan.”
Cerita di atas merupakan salah satu cuplikan dari isi buku Kambing Jantan.
            Cerita dalam buku Kambing Jantan ini dikemas secara sederhana. Namun, meskipun sederhana mampu membuat penikmat buku ini berimajinasi tentang kekonyolan dan keabsurd-tan yang dilakukan Dika. Hal ini sebagai bukti bahwa penyampaian maksud dari penulis kepada pembaca buku ini bisa tersampaikan dengan baik. Hubungan antara sistematika di setiap cerita disajikan secara runtut, meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul. Namun, justru itu hal yang penting, karena sesuai dengan perkembangan zaman, ditambah lagi dengan full-humornya sehingga membuat buku ini banyak diminati oleh setiap kalangan. Jika dibandingkan dengan buku sejenis yang juga lucu, tengil dan bisa menjadi obat antistres yang berjudul Cado-Cado Kuadrat (Catatan Dodol Calon Dokter) karya Ferdiriva Hamzah yang juga menceritakan pengalaman hidupnya saat ko-ass (ko-assistant dokter) atau pendidikan lanjut saat menjadi mahasiswa kedokteran dulu, yaitu mulai dari menangani pasien yang menjedot-jedotkan stetoskop ke kepalanya sendiri, sampai dia sendiri yang menjedotkan kepalanya saat menghadapi dosen. Cerita yang disajikan sejenis dengan Kambing jantan, sama-sama menceritakan pengalaman dan sama-sama berkategori nonfiksi-komedi. Sebenarnya pengalaman Ferdiriva selama menjadi ko-ass juga penuh dengan hal-hal yang absurd, lucu, dan membuat gila. Untuk menjadi seorang dokter, Riva tidak hanya bergelut dengan keseriusan yang tinggi , tetapi full-humornya bisa dikatakan kocak. Namun, dalam penyajiannya, bahasa yang digunakan masih resmi dan tidak sesantai karya-karya Raditya Dika, walaupun memang setiap penulis memiliki gaya atau cara-cara tersendiri saat menyampaikan tulisannya, tetapi untuk ukuran nonfiksi-komedi layaknya dibuat sesantai mungkin dan tidak perlu terlalu resmi.
            Karya-karya Raditya Dika banyak diminati di segala kalangan karena kelucuannya dan hal-hal absurd yang kerap kali disajikan. Sehingga karya-karya Dika sebagai sebuah karya yang berbeda dengan karya-karya yang biasa dijumpai yang banyak memuat tentang tema percintaan, keluarga, dan fikski-fiksi yang lain. Dengan kambing jantan ini, Raditya Dika menyajikan hal yang baru, dalam buku ini tidak diperlukan kreativitas pemikiran dan ide, karena bukan sebuah karya fiksi. Namun, walaupun nonfiksi kreativitas penyampaiannya baik karena juga disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan gambar-gambar yang lucu. Namun, untuk masalah kelayakan buku, buku ini hanya bisa dinikmati oleh remaja hingga dewasa, meskipun sebenarnya dapat dinikmati oleh semua kalangan, tetapi untuk anak-anak sebaiknya jangan diberikan bacaan seperti ini, karena di dalamnya terdapat hal-hal yang belum pantas diketahui oleh anak. Dalam buku ini samasekali tidak ada penerapan EYD dengan benar, karena mungkin ini adalah salah satu ciri karya humor yang tidak perlu memperhatikan EYD dengan benar, karena dalam buku ini lebih menekankan pada bahasa-bahasa gaul anak-anak zaman sekarang. Buku ini disayangkan jika dilewatkan, meskipun kurang mendidik, tetapi tepat untuk sekedar hiburan.
            Setiap karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi apapun itu, setiap karya pasti dibuat semenarik mungkin agar pesan-pesan yang disampaikan penulis bisa sampai pada pembaca. Untuk buku Kambing Jantan ini sendiri, satu hal yang harus pembaca tahu sebelum membaca buku ini adalah agar tidak menganggap semuanya serius, buku ini memang kurang mendidik, tetapi full-humor yang disajikan adalah sebuah inovasi sebuah karya sastra sehingga tidak terlalu monoton dengan karya yang hanya biasa-biasa saja.