Linguistik
dipelajari dari segi mikrolinguistik artinya kajian itu tanpa
melibatkan ilmu yang lain. Kajian mikrolinguistik yang melibatkan
ilmu yang lain disebut interdisiplin. Fonetik sebagai cabang
linguistic deskriptif. Fonetik sebagai alat bantu linguis dan
merupkan ilmu yang sangat berkembang. Fonetik interdisipliner yaitu
subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa dalam kaitannya
dengan ilmu yang lain, misalnya fisika dan musik. Fonetik terapan
merupakan subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa dan
penggunaannya di dalam praktik, missal olah vokal di dalan seni
drama, seni musik, dan untuk pembentukan ucapan anak-anak yang pelat
lidah (Soeparno,2000:25-26).
ILMU
BUNYI BAHASA SEBAGAI SUBKAJIAN LINGUISTIK
Manusia berinteraksi
dengan manusia yang lain. Jalinan komunikasi harmonis manusia
memerlukan media sebagai pengantar. Media tersebut dikemal dengan
istilah bahasa. Bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi
dalam dunia keilmuan termasuk salah satu objek yang dikaji. Kajian
terhadap bahasa ini dimulai sejak abad kesembilan belas. Pengkaji
bahasa wajib mempersiapkan dirinya belajar memandang bahasa secara
objektif. Pandangan yang objektif yaitu memandang bahasa sebagai
bahasa. Bahasa adalah sesuatu yang benar dan sudah semestinya. Bahasa
digunakan untuk berkomunikasi dan bukan sesuatu yang dipikirkan.
Kesiapan pengkaji untuk memandang bahasa sebagai bahasa merupakan
dasar objektif. Kemampuan mempergunakan bahasa sebagai kemampuan yang
secara intuitif dimiliki oleh setiap penutur bahasa. Linguistic
sebagai ilmu bahasa dibagi dalam sub atau bidang, meliputi bidang
fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantic. Crytal (1993 dalam
Yusuf, 1998:2) membagi bahasa menjadi 6 tataran, bahasa pada
prinsipnya terdiri dua bagian utama yaitu struktur dan penggunaannya.
Ada pragmatic yang menjembatani struktur bahasa dengan penggunaannya.
Struktur terdiri atas tiga tataran yaitu medium transmisi, tata
bahasa, dan maknan. Ketiga tataran strukturn ini masing-masing
terdiri atas tataran fonetik dan fonologi kuntuk tataran medium
transmisi, morfologi dan sintaksis untuk tataran tata bahasa, dan
leksikon dan wacana untuk tataran semamntik.
FONETIK: KAJIAN
BUNYI-BUNYI BAHASA
Bahasa terdiri atas
bunyi dan susunan bunyi. Kajian tentang bunyi, baik bunyi secara umum
maupun bunyi suatu bahasa tertentu disebut fonologi. Aspek penting
dari fonologi adalah pengamatan bunyi bahasa, yakni produksi bunyi,
transmisinya, dan penerimaannya. Aspek tersebut disebut fonetik.
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan
penerimaan bunyi bahasa, sebagai ilmu interdisipliner linguistic
dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1993:56).
Fonetik adalah
bagian dari linguistic yang mempelajari proses ujaran. Fonetik
termasuk ilmu yang netral, artinya tidak harus dialamatkan pada
bahasa tertentu saja. Prinsip dan penemuan fonetik bisa diterapkan
pada bahasa apa saja (Alwasilah, 1993:96). Tujuan fonetik mempelajari
proses ujaran. Fonetik adalah bidang linguistic yang mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994:103).
Bahasa adalah system
lambang bunyi. System bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa
bunyi. Bunyi bahasa yaitu lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat bicara manusia. Jadi bunkyi bahasa dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Sedangkan bunyi yang tidak dihasilkan oleh
alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau
speech sound adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, yang di dalam fonetik diamati sebagai fon dan diamati dalam
fonemik sebagai fonem (Chaer, 42-43).
Bunyi fonetik
umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
- Fonetik akustik (acoustic phonetics)
- Fonetik auditoris (auditory phonetics), dan
- Fonetik organis atau artikulatoris (articulatory phonetics).
PROSES PRODUKSI
BUNYI BAHASA
Setiap manusia yang
berkebutuhan ingin mengadakan komunikasi dengan orang lain akan
memproduksi bunyi bahasa. Bunyi bahasa diproduksi dengan memanfaatkan
udara sebagai energy utama. Udara sebagai energy utama dalam
memproduksi bahasa.
Ada empat proses
produksi bunyi bahasa
- Proses mengalirnya udara dari paru-paru
- Proses fonasi yang terjadi di daerah pita-pita suara
- Proses oro-nasal mengalirnya udara ke rongga hidung pada saat mengucapkan bunyi nasal atau sengau
- Proses artikulasi yang terjadi di rongga mulut yaitu terhalangnya arus udara yang mengalir di titik-titik artikulasi atau di daerah artikulasi.
Udara di alam bebas,
dihirup oleh manusia. Udara tersebut dimasukkan ke paru-paru. Bila
dilepas tanpa proses produksi bunyi bahasa, maka yang terjadi adalah
bernafas biasa. Apabila berkepentingan ingin mengadakan komunikasi
sesama, maka mudara yang ada di paru-paru dipompa keluar dengan
tujuan memproduksi bunyi bahasa. Proses fonasi terjadi di daerah pita
suara (vocal chord). Bunyi bahasa bersuara bila posisi pita suara
terbuka sedikit. Bunyi bahasa tidak bersuara bila pita suara terbuka
lebar. Bunyi bahasa tidak diproduksi manakala posisi pita suara
terbuka sangat lebar. Orang bernafas biasa posisi pita suara terbuka
sangat lebar. Proses artikulasi terjadi di rongga mulut. Proses ini
menghasilkan bunyi kontoid atau bunyi nonvokoid. Daerah atau tempat
artikulasi sangat berperan dalam menghasilkan bunyi bahasa. Udara
yang mengalir ada yang melalui rongga hidung yaitu pada saat
memproduksi bunyi nasal atau sengau. Kata mama,
nani,
nyonya,
dan mengapa
mengandung bunyi nasal.
ALAT UCAP MANUSIA
Alat
ucap sebenarnya berfungsi biologis (atau fisiologis) sebagai fungsi
primernya. Contoh : makan, minum, dan merasai. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan berbahasa yaitu saat menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa alat ucap ini berfungsi verbal (linguistis). Alat ucap ini
berada di dalam rongga mulut manusia. Dua fungsi ini selalu
berhubungan di dalam diri manusia. Nama bunyi bahasa yang digunakan
dalam studi fonetik meliputi laringal, faringal, dorsal, medial,
laminal, apical, uvular, velar, palatal, alveolar, dental, labial,
dan nasal.
Cara
kerja alat ucap manusia pertama kali udara yang ada di paru-paru,
yang sudah dihirup dari luar dipompa ke luar paru-paru melalui
tenggorok ke pangkal tenggorok ke tempat pita-pita suara (terjadi
proses fonasi). Pita suara harus terbuka agar arus udara yang keluar
dari paru-paru dapat melalui rongga mulut (terjadi proses artikulasi)
atau ke rongga hidung (terjadi proses oro-nasal). Udara yang dari
paru-paru bila dipompakan tidak mengalami hambatan, maka tidak ada
bunyi bahasa yang terdengar. Bunyi bahasa terproduksi apabila
terhalangi, terdengarlah bunyi bahasa. Bunyi vokoid diproduksi dengan
arus udara di dalam mulut tidak mendapat halangan sehingga arus udara
dari paru-paru sampai ke bibir berlalu tanpa hambatan. Pita suara
menyempit dan menjadi bergetar karena arus udara , maka getaran itu
menimbulkan suara (voice). Bunyi yang diproduksi termasuk bunyi
bersuara. Pita suara membuka agak lebar sehingga tidak bergetar, maka
terproduksilah bunyi tak bersuara.
BUNYI
SEGMENTAL
Bunyi segmental
meliputi bunyi vokoid dan bunyi kontoid. Vokoid seringkali disebut
dengan monoftong/ vocal murni/ pure vowels. Bunyi vocal tunggal yang
terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah tidak berubah dari awal
hingga akhir artikulasinya) dalam sebuah suku kata. Istilah monoftong
sama dengan vocal yang dimaksud adalah vocal tunggal, sedangkan
diftong adalah vocal rangkap.
Bunyi segmental
adalh bunyi bahasa yang dapat disegmentasikan. Bunyi kini sebagai
material utama dalam ujaran, sedangkan bunyi suprasegmental akan
mengikuti ketika bunyi segmental diujarkan.
System vocal
cardinal (cardinal
system)
yaitu bunyi vocal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, yang
dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar
bunyi.
Klasifikasi bunyi
vocal berdasarkan: tinggi rendah lidah, bagian lidah yang bergerak,
striktur (jarak lidah dengan langit-langit), dan bentuk bibir.
Tinggi
rendahnya lidah
- Vokal tinggi
- Vokal madya
- Vokal rendah
Bagian
lidah yang bergerak
- Vokal depan
- Vokal tengah
- Vokal belakang
Striktur
Keadaan
hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif.
- Vokal tertutup
- Vokal semi-tertutup
- Vokal semi-terbuka
- Vokal terbuka
Bentuk
bibir
- Vokal bulat
- Vokal netral
- Vokal takbulat
BUNYI SUPRASEGMENTAL
Batasan
bunyi suprasegmental
- Unsur segmental ini bekerja atau berlangsung sewaktu bunyi segmental diproduksi (Chaer, 2009:53).
- Bunyi yang tidak bisa disegmen-segmenkan karena kehadiran bunyi ini mengiringi, menindih, menemani bunyi segmental (baik vokoid maupun kontoid) (Muslich, 2010:61).
- Bunyi yang menyertai bunyi segmental (Marsono, 1999:115).
Macam
bunyi suprasegmental
- Tekanan/ aksen/ stress
Tekanan menyangkut
keras lunak (lemah)-nya bunyi.
- Panjang/ Kuantitas/ Durasi
Lamanya bunyi
diucapkan.
- Jeda/ Persendian
Jeda menyangkut
perhentian bunyi dalam bahasa.
- Nada / Pitch
Nada menyangkut
tinggi rendahnya suatu bunyi.
DESKRIPSI BUNYI
BAHASA
Bagian studi fonetik
yang perlumendapatkan perhatian dan pemahaman adalah membuat
deskripsi bunkyi bahasa. Bunyi bahasa dalam studi linguistik biasa
tidak disebut dengan mengucapkan bunyi bahasa yang bersangkutan
tetapi dengan mengucapkan unsur deskripsi bunyi bahasa itu. Kemampuan
menguasai bunyi bahasa ditunjukkan dengan membuat deskripsi setiap
bunyi bahasa. Deskripsi ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pengenalan terhadap bunyi bahasa. Bunyi bahasa dapat
diklasifikasikan ke dalam bunyi vokal, bunyi konsonan, dan bunyi
diftong.
TRANSKRIPSI FONETIS
Studi
fonetik memerlukan potensi yang melibatkan hafalan, pemahaman,
keterampilan pelafalan, keterampilan pentranskripsian, dan aktivitas
mlainnya. Objek fonetik adalah bunyi bahasa, bunyi bahasa dikaji
tanpa memperhatikan funsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Bunyi
bahasa itu jumlahnya tidak terbatas. Kajian tentang bunyi bahasa
dibekali dengan anggapan bahwa bunyi itu bervariasi. Ciri variasi
bunyi dapat diketahui dengan penulisan secara fonetis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar