Sabtu, 12 Desember 2015

Hai Senyuman

         
          Hai senyuman, sederhana, tetapi tidak setiap insan yang patah hati bisa. Hai senyuman, setiap melongok ke belakang seakan menelan pil pahit yang rasanya tak hilang di tenggorokan. Hai senyuman, harapan-harapan kecil yang membuat hidup terasa lebih hidup dan tak redup. Hai senyuman, penutup luka meski dusta didapatnya. Hai senyuman, datanglah setiap pagi dan jangan pernah bosan. Hai senyuman, tetaplah menatap masa depan dengan segala kepastian. Hai senyuman, tetaplah ikhlas dalam menjalani kehidupan. Hai senyuman, biarkan dunia tak bersahabat, tetapi Allah tak pernah meninggalkan. Hai senyuman, masih ada kekuatan di antara ribuan hati yang hilang. Hai senyuman, tetaplah menjadi alasan jika memang hidup ini layak disyukuri dan menyenangkan. Hai senyuman, pemeluk mimpi-mimpi masa yang akan datang. Hai senyuman, penopang kehidupan. Hai senyuman, tak perlu tahu jika sebenarnya adalah tangisan. Hai senyuman, bukan topeng, tetapi proses pendewasaan. Hai senyuman, tetap menjadi yang rendah hati. Hai senyuman, selalu percaya bahwa hari esok memang selalu menantang. Hai senyuman, tetaplah menjadi temanku di saat ketidakbahagiaan datang. Hai senyuman, hai :).

13 Desember 2015
Untuk hati yang berusaha baik-baik saja :)

Senin, 02 November 2015

Masalalu Adalah Pelajaran yang Tidak Harus Diremidi

          Membicarakan masalalu sama saja membicarakan diri kita sendiri di masa yang lampau. Entah mengapa, sebagian besar orang memiliki masalalu yang menyedihkan, mungkin itu memang takdir yang mutlak. Dapat dipastikan bahwa hal-hal yang menyedihkan itu yang kemudian membuat kita lebih kuat sekarang. Membicarakan masalalu adalah membicarakan orang yang datang dan pergi. Ya, hidup tak lepas dari orang lain yang datang dan pergi dalam hidup kita. Yang pergi biarlah berlalu dan yang hadir kelak, beri senyuman yang manis, semanis hidup ini.
          Setiap orang pasti memiliki masalalu, baik kesalahan, sikap, cinta, bahkan luka di masa lalu yang masih dibawa sampai sekarang. Kali ini aku ingin membicarakan masalalu tentang cinta. Aku memiliki 4 masalalu, ya mereka memberi kesan yang mendalam. Aku ingib memceritakan mereka satu persatu, untuk menyamarkan identitas mereka, jadi aku pakai inisial nama mereka. Yang pertama IBS, aku selalu percaya bahwa kita terkadang kemakan omongan kita sendiri. sebelumnya, dia aku jodohkan dengan temanku, tetapi justru aku yang kena, haha. Dia adalah pacar pertamaku. Orangnya tidak terlalu tampan, tetapi dia manis dan tinggi, ya karena itu bukan prioritas utama. Dia baik, lucu, dan yang pasti fans berat persija, dulu dia pernah menjanjikan mengajakku nonton bola bersamanya, tetapi sampai sekarang, dia tak menepati janjinya, apalagi sekarang dia udah punya pacar baru. Tetapi kami tetap berteman, kami mengakhiri hubungan karena dia berpendapat bahwa aku tak pernah bisa menyelesaikan masalah, selain itu dia masih menyayangi maslalunya. Waktu putus sama IBS aku galau setengah mati, namanya juga bocah SMA, lucu memang. saat berpacaran, kami selalu bertemu setiap hari senin, maklum karena jarak rumah kami dan sekolah kami sangat jauh, bahkan berlawanan arah. Kesan mendalam yanh bisa kudapat darinya adalah bahwa kita tak bisa memaksakan orang untuk menyayangi kita. Satu hal yang kusayangkan dari IBS, kami berteman baik, tak jatang dia telepon dan sms, tetapi selalu aku ingat, jika setiap dia punya pacar lagi, tak ada kabar darinya, bahkan aku yang sekadar ingin curhat tak bisa menghubungi nomornya.
          Masalalu berikutnya adalah ES, dia mungkin mantan yang paling nakal di antara mantan yang lain, aku juga tak habis pikit mengapa bisa dipertemukan dengan orang itu, sekarang dia berpacaran dengan kakak kelasku sewaktu sekolah. ES adalah pribadi yang arogan, kasar, dan aku yakin, mungkin selama kami berpacaran, dia tak benar-benar mencintaiku dengan benar. Bahkan, dia sering mengkhianatiku, ya dia memiliki pacar lain selain aku, dan pacarnya adalah mantan pacarnya dulu. Sampai sekarang, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Terakhir kulihat foto di suatu akun instagram, dia terlihat kurus, aku selalu merasa bingung, mengapa orang-orang yang kukenal di masalalu telah berbeda sekarang. Beberapa tahun lalu, ES mengajakku kembali bersamanya, tetapi tidak, ya bagiku masalalu itu cukup, dan aku yang memutuskan pergi dari hidupnya. Hingga sekarang aku tau dia bersama kakak kelasku. 
          Pria ketiga itu berinisial RAW, teman dari temanku sewaktu SMP. Orangnya kecil, manis, itu yang memvuatku jatuh cinta. Pertama kali kami bertemu di depan sekolahnya, ya kebetulan sekolah kami berdekatan. Bersamanya aku mengelilingi Jogja, dan mulai saat itu dan bahkan sampai sekarang aku selalu ingin tinggal di kota itu, jika dulu aku ingin tinggal di Jogja dengan RAW, sekarang yang aku ingin tinggal disana dengan jodohku kelak. Entah mengapa waktu itu dia yang memutuskan, alasannya, dia masih menyayangi mantannya, aku tidak tau mengapa, mantan begitu semenarik itu bagi seorang laki-laki. Sekarang dia kuliah di Jogja, kami samasekali tidak menghubungi satu sama lain sejak 4 tahun lalu. Dan aku tahu, sekarang dia memiliki pacar satu kampus dengannya. 
          Pria keempat adalah IN, dia tetangga sahabatku, ya dia berkharisma, tapi siapa sangka bahwa dia itu abu-abu, sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa kita dulu putus, ya 2 tahun yang lalu. Aku pun tidak mengerti mengapa dia seperti memberi harapan lalu pergi begitu saja. Tetapi di lain hari setelah kami putus, aku tau melalui media sosialnya jika dia masih menyayangi mantannya. Banyak hal yang bisa kuambil dari berbagai macam cerita tentang mereka. Dari mereka aku tau, bahwa aku selalu menyayangi sesorang dengan berlebihan, dan itu tidak baik. Dengan 4 pria itu, aku tak pernah memutuskan mereka, selalu mefeka yang mengakhiri hubungan. Ya, aku samasekali tak berniat mengakhiri, karena cinta itu harus dipertahankan bukan? Tetapi samasaja jika yang mempertahankan hanya 1 orang.
          Dari mereka aku mengerti bahwa mantan-mantan mereka lebih menarik dibandingkan aku yang ada di hadapan mereka. Lucu memang. Masalalu memang menjadi hal yang menarik, tapi tidak bagiku, mereka hanyalah pelajaran yang tidak perlu diremidi, tidak perlu diulang, sesayang apapun kita. Hampir dua bulan yang lalu, aku juga mengerti, bahwa sekali lagi kutemukan cerita bahwa mantan itu menarik, dan aku juga memahami, setiap orang punya prinsip, dan salah satu prinsipku adalah, masalalu memang indah, tetapi tidak untuk dijadikan tempat kembali. Cukup, dan hanya itu, kesempatan kedua tak selalu bisa dan berjalan seperti kesempatan pertama. Banyak hal yang bisa kulakukan dengan yang baru kelak, tanpa membuka yang lama.


3 November 2015
14.55
Za

Kamis, 28 Mei 2015

MAHASISWA BUTA PPG, SEMINAR PENDIDIKAN OVERLOAD



Liza Tri Handayani
A310120232/ 6B
Tugas Jurnalistik Berita 2




Seminar nasional (semnas) reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)  yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), berhasil menyedot antusiasme peserta, Selasa (26/5/2015).
BEM FKIP UMS periode 2014/2015 menyelenggarakan semnas yang bertemakan Reformasi LPTK. Seminar ini menjadi penutup dari serangkaian acara pekan ilmiah pelajar (pimpel) yang diikuti sepuluh himpunan mahasiswa program studi (HMP). Selain itu, BEM menjadikan seminar yang dimoderatori oleh Tunjung Laksono, dosen PKN FKIP UMS untuk mengumumkan pemenang lomba debat yang diikuti oleh sepuluh HMP (27/4). Lomba itu dimenangi oleh HMP PGSD sebagai juara pertama, disusul HMP Bahasa Inggris sebagai juara kedua.
Pembicara seminar, Sugiaryo yang menjabat sebagai Ketua LPTK Solo membicarakan berbagai model dan pengembangan guru agar menghasilkan guru yang profesional, salah satunya pentingnya Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurur Sugiaryo, LPTK perlu direformasi karena beberapa alasan, salah satunya guru mendapat bekal yang cukup tentang persekolahan. Jika tidak memiliki bekal yang cukup, mereka tak berkompeten.
Meski tanpa persiapan yang matang, semnas ini berhasil menarik minat peserta. Tema yang diambil juga sesuai dengan kebutuhan calon pendidik masa kini. Seperti yang diungkapkan salah satu peserta, Desi, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Dia beralasan mengikuti seminar ini untuk mengetahui informasi pengembangan profesi guru. “Saya merasa masih buta akan PPG, padahal saya butuh, jadi saya ikut,” tuturnya. “Tetapi, saya sedikit kecewa karena masalah PPG tidak dikupas secara tajam, namanya saja reformasi LPTK, tetapi setidaknya saya menjadi lebih tahu keadaan di lapangan walaupun saya belum praktik secara langsung,” imbuhnya.
Jumlah peserta yang overload membuat panitia kewalahan. Seperti dikemukakan Indri, salah satu panitia semnas, bahwa target peserta hanya 150 orang. Namun, antusiasme mahasiswa begitu tinggi, sehingga peserta yang mengikuti seminar mencapai 260 orang. Mahasiswa yang mengikuti seminar pun dari berbagai jurusan, mulai dari mahasiswa FKIP, FAI, hingga mahasiswa IAIN Surakarta. Biaya yang terjangkau juga menjadi alasan seminar ini menarik minat mahasiswa, untuk pembelian presale Rp 20.000,- dan on the spot (OTS)  dihargai Rp 35.000,-. Seminar yang diselenggarakan di auditorium Mohammad Djazman ini menyediakan seminar kit untuk peserta, yaitu berupa block note, sertifikat, snack, dan map.
“Sertifikat belum kami bagikan, karena sertifikat belum lengkap dan belum semuanya jadi. Karena tadi kelebihan peserta, terlebih peserta  OTS yang sangat banyak, sehingga kami memutuskan untuk memberikan sertifikat tidak pada hari ini, tetapi kami akan memberikan sertifikat itu secepatnya dengan menghubungi peserta,” tutur Indri yang merupakan anggota BEM bidang tiga, minat dan bakat.
“Persiapan dari BEM sendiri sebenarnya dadakan, padahal seminar ini adalah program kerja inti dari bidang dua yaitu bidang pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia. Namun, H-2 minggu baru ada eksekusi,” imbuhnya.

PILIH YANG MANA? JALAN PENUH LUBANG ATAU TAMBALAN YANG TIDAK RATA?

Liza Tri Handayani
A310120232/ 6B
Tugas Jurnalistik Feature


Jika disuruh memilih, apa yang Anda pilih? Jalan penuh lubang atau  tambalan yang tidak rata?
Jika kita akan ke Solo, jalur utama ini menjadi rute pertama yang akan kita pilih, bukan karena kondisi jalannya yang bagus, tetapi kita akan lebih cepat sampai ke tujuan. Saat melintasi jalan Solo-Jogja, tepatnya di desa Karangduren selatan Kopasus, kita pasti sedikit menggerutu. Kontur jalan di daerah ini tidak rata, orang Jawa sering mengatakannya seperti ampyang, yaitu olahan kacang dengan gula aren. Bentuknya yang bergelombang membuat beberapa orang menganalogikan kondisi jalan menyerupai makanan tradisional ini. Selain itu, jalan juga penuh lubang yang menganga. Kedalamannya mencapai lima belas sentimeter. Padahal, beberapa minggu lalu jalan ini baru saja ditambal oleh petugas DPU kabupaten Sukoharjo. Pertanyaannya, bagaimana kualitas tambalannya?
Jalan berlubang, tidak hanya membahayakan, tetapi merugikan setiap orang yang melintasinya. Seringkali, jalan berlubang hanya disiasati dengan menambalnya. Setelah ditambal, jalan memberikan kenyamanan sesaat. Selain tidak membahayakan, juga tidak merusak sparepart motor maupun mobil. Namun, kuantitas memang menjadi hal utama saat menambal jalan, sedangkan kualitas pun seakan dinomorduakan. Jalan tambalan kemudian dihancurkan begitu saja oleh hujan. Akibatnya, jangan ditanya lagi, justru lebih berbahaya daripada jalan berlubang. Kerikil-kerikil bertebaran di jalanan. Tidak jarang pengguna jalan terpeleset saat melintas.
Jalan penuh tambalan memang mengurangi resiko kecelakaan. Namun, manfaat yang diperoleh ternyata hanya seumur jagung. Biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sedikit. Tetapi entah mengapa para pengemban amanat justru memilih menambal daripada memperbarui secara keseluruhan. Jika menilik lebih lanjut, bukankah memperbarui jauh memberikan efek jangka panjang yang lebih baik? Biaya yang dikeluarkan pun hampir sama dengan biaya penambalan yang dilakukan secara berulang-ulang. Ditunggu saja, semua ini hanya masalah waktu dan kebijakan yang bermanfaat.

Sabtu, 11 April 2015

SOLO JOGJA KM 16 KEMBALI MENELAN KORBAN


Liza Tri Handayani
A310120232/ 6B
Tugas Jurnalistik Berita 1



J


alan Solo-Jogja km 16 desa Bendosari, Sawit, Boyolali kembali  menelan korban. Motor dan truk terlibat dalam kecelakaan. Diketahui korban terjatuh kemudian disambar truk, Selasa (10/3/2015).
Pengendara motor Roningsih (42) tewas di tempat kejadian. Bermula dari pengendara motor yang dikendarai oleh Suparman (45), beserta istrinya Roningsih (42), dan anaknya Alfan (8). Sebenarnya Suparman telah mengambil lajur kiri, tetapi apa daya, istrinya mengantuk setelah perjalanan jauh dari Purwodadi menuju Klaten. Roningsih terjatuh ke sebelah kanan, kemudian di sampingnya truk gandeng dengan muatan bahan makanan pokok melindas korban dan menyeretnya sejauh 10 meter. Roningsih tewas seketika setelah ban truk bagian belakang menggilas tubuhnya yang mengakibatkan kaki kiri terpisah dari tubuhnya. Suami dan anak Roningsih seketika terduduk lemas melihat peristiwa itu. Bapak dua anak itu berkali-kali mengusap air matanya. Warga yang kebetulan ada di lokasi turut menutupi jasad korban dengan kain seadanya. Alfan terus menangis dan memanggil nama ibunya.
“Istri saya sudah bilang kalau dia kelelahan, saya juga sudah berhenti tadi di Kartasura untuk istirahat sebentar. Tetapi, malah begini”, ungkap Suparman kepada warga setempat sembari berkali-kali menenangkan anaknya yang terus menangis.
Sopir truk mengaku seperti melindas sesuatu, tetapi tidak tahu kalau yang ia lindas adalah orang. Pengendara motor yang melintas kemudian meneriaki sopir truk untuk berhenti setelah menyeret korban sejauh 10 meter.
“Saya merasa melindas sesuatu, kemudian ada pengendara motor yang memberitahukan bahwa truk saya melindas orang, langsung saya rem”, sopir truk berusaha menjelaskan kepada warga setempat.
Beberapa saat kemudian sektor Sawit mengamankan lokasi kejadian. Kecelakaan itu membuat kemacetan singkat di depan SMP Negeri 3 Sawit. Korban segera dibawa ke rumah sakit untuk kebutuhan pembersihan jenazah, sebelum akhirnya dibawa ke rumahnya di desa Juwiran, kecamatan Juwiring, Klaten.
Tidak hanya sekali  dua kali jalan di sepanjang desa Bendosari ini menelan korban, beberapa minggu sebelumnya seorang perempuan karyawan tifontek juga tewas di depan SMP Negeri 3 Sawit, korban tewas diduga terserempet truk muatan pasir. Tak ada saksi yang bisa memastikan penyebabnya, karena peristiwa itu terjadi pada malam hari dan kondisi jalanan saat itu sepi. Tukang tambal ban Supardi (51) mengungkapkan bahwa ia mendengar bunyi seperti motor terjatuh, tetapi ia tak berani memastikan apa yang didengarnya. Kemudian ia memanggil anak buahnya untuk memastikan suara yang didengarnya di seberang jalan. Benar saja, seorang perempuan tergeletak bersimbah darah dan sudah tidak bernyawa lagi. Supardi kemudian segera melapor ke Sektor Sawit untuk penanganan lebih lanjut.
Satu bulan sebelumnya juga terjadi kecelakaan tunggal. Pengendara sepeda motor Kartinah (58) dan Sarnimah (54) terjatuh di sungai di depan SMP Negeri 3 Sawit. Kartinah beserta motornya terjatuh ke sungai, sementara Sarnimah terjatuh di jalan sesaat sebelum motor terjatuh ke sungai. Kartinah mengaku kehilangan keseimbangan mengingat jalanan di sekitar lokasi kejadian bergelombang. Pedagang bubur warna-warni di pasar Klewer Gatak itu mengalami patah tulang dan rekannya Sarnimah hanya luka ringan saja. Namun, Kartinah akhirnya meninggal dunia di RS. Ortopedi setelah patah tulangnya mengalami pembusukan karena tak kunjung dioperasi.
Tak hanya itu, beberapa tahun silam seorang nenek hampir saja terlindas bus langsung jaya di jalan Solo-Jogja di depan Gapura masuk desa Bendosari. Nenek yang diketahui bernama Pariyem (79) warga desa Tempel, Gatak, Sukoharjo ini ingin menyeberang jalan karena ingin membeli bubur di seberang jalan. Karena sudah tua dan kakinya sakit, Pariyem berjalan dengan pelan. Tiba-tiba saja nenek renta ini terserempet sepeda motor dan terjatuh tepat di tengah jalan Solo-Jogja arah Solo. Bus langsung jaya yang berada di belakang motor hampir saja menabrak nenek itu, tetapi  untungnya si nenek langsung merangkak dan berhasil selamat dari maut.
Kecelakaan demi kecelakaan tak hanya sampai disitu saja. Beberapa tahun lalu mobil polisi dari arah Jogja melayang dan terbalik sampai ke seberang jalan arah dari Solo. Mobil sedan yang dikendarai Polisi itu menindih pak Toni (38) beserta motor dan barang-barang kelontong untuk tokonya. Pak Toni yang saat itu kembali dari membeli barang dagangan tewas seketika di lokasi kejadian, tepatnya di depan SMP Negeri 3 Sawit. Beberapa saksi menuturkan bahwa jasad korban tak terbentuk lagi. Padahal, beberapa meter lagi Pak Toni sampai di rumahnya. Tetapi, maut memang tidak bisa ditebak ataupun ditunda.
Jalan di sepanjang km 16 ini memang memang menjadi lokasi rawan kecelakaan. Tepatnya di depan garasi bus Sri Mulyo sampai depan pom bensin Gatak. Kurangnya penerangan dan kondisi jalan yang bergelombang menjadi alasan mengapa lokasi ini sering terjadi kecelakaan. Tinggi jalan yang tidak seimbang juga merupakan alasan yang kuat jika kecelakaan di lokasi ini tak bisa dihindarkan. Jalan Solo Jogja dari arah Jogja lebih tinggi letaknya dibandingkan jalan dari arah Solo. Hal ini yang sering menyebabkan mobil yang memacu dengan kecepatan tinggi terguling ke arah timur. Selain itu kondisi jalan yang lurus membuat pengendara ugal-ugalan. Sehingga keselamatan tak lagi diperhatikan. Berhati-hati saja terkadang bisa celaka, apalagi yang tidak. Sebagai pengendara yang baik, sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan, karena tak hanya diri sendiri yang rugi apabila tidak berhati-hati, bahkan orang lain akan terkena imbasnya. Bagaimanapun juga, hidup ini adalah anugrah yang harus kita syukuri.