Liza Tri Handayani
A310120232/ 6B
Tugas Jurnalistik Berita 2
Seminar
nasional (semnas) reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS), berhasil menyedot antusiasme peserta, Selasa (26/5/2015).
BEM
FKIP UMS periode 2014/2015 menyelenggarakan semnas yang bertemakan Reformasi LPTK. Seminar ini menjadi
penutup dari serangkaian acara pekan ilmiah pelajar (pimpel) yang diikuti
sepuluh himpunan mahasiswa program studi (HMP). Selain itu, BEM menjadikan
seminar yang dimoderatori oleh Tunjung Laksono, dosen PKN FKIP UMS untuk
mengumumkan pemenang lomba debat yang diikuti oleh sepuluh HMP (27/4). Lomba
itu dimenangi oleh HMP PGSD sebagai juara pertama, disusul HMP Bahasa Inggris
sebagai juara kedua.
Pembicara
seminar, Sugiaryo yang menjabat sebagai Ketua LPTK Solo membicarakan berbagai
model dan pengembangan guru agar menghasilkan guru yang profesional, salah
satunya pentingnya Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurur Sugiaryo, LPTK perlu
direformasi karena beberapa alasan, salah satunya guru mendapat bekal yang
cukup tentang persekolahan. Jika tidak memiliki bekal yang cukup, mereka tak
berkompeten.
Meski
tanpa persiapan yang matang, semnas ini berhasil menarik minat peserta. Tema
yang diambil juga sesuai dengan kebutuhan calon pendidik masa kini. Seperti
yang diungkapkan salah satu peserta, Desi, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI). Dia beralasan mengikuti seminar ini untuk mengetahui
informasi pengembangan profesi guru. “Saya merasa masih buta akan PPG, padahal
saya butuh, jadi saya ikut,” tuturnya. “Tetapi, saya sedikit kecewa karena
masalah PPG tidak dikupas secara tajam, namanya saja reformasi LPTK, tetapi
setidaknya saya menjadi lebih tahu keadaan di lapangan walaupun saya belum
praktik secara langsung,” imbuhnya.
Jumlah
peserta yang overload membuat panitia
kewalahan. Seperti dikemukakan Indri, salah satu panitia semnas, bahwa target
peserta hanya 150 orang. Namun, antusiasme mahasiswa begitu tinggi, sehingga
peserta yang mengikuti seminar mencapai 260 orang. Mahasiswa yang mengikuti
seminar pun dari berbagai jurusan, mulai dari mahasiswa FKIP, FAI, hingga mahasiswa
IAIN Surakarta. Biaya yang terjangkau juga menjadi alasan seminar ini menarik
minat mahasiswa, untuk pembelian presale Rp
20.000,- dan on the spot (OTS) dihargai Rp 35.000,-. Seminar yang
diselenggarakan di auditorium Mohammad Djazman ini menyediakan seminar kit
untuk peserta, yaitu berupa block note,
sertifikat, snack, dan map.
“Sertifikat
belum kami bagikan, karena sertifikat belum lengkap dan belum semuanya jadi.
Karena tadi kelebihan peserta, terlebih peserta
OTS yang sangat banyak, sehingga kami memutuskan untuk memberikan
sertifikat tidak pada hari ini, tetapi kami akan memberikan sertifikat itu
secepatnya dengan menghubungi peserta,” tutur Indri yang merupakan anggota BEM
bidang tiga, minat dan bakat.
“Persiapan
dari BEM sendiri sebenarnya dadakan, padahal seminar ini adalah program kerja
inti dari bidang dua yaitu bidang pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia. Namun, H-2 minggu baru ada eksekusi,” imbuhnya.