Kamis, 29 Januari 2015

Monolog Pagi


         Hari itu, aku hanya merenung, menatap kialauan daun yang dibasahi embun. Mataku menyapu sekelilingnya, beberapa ekor semut berbondong-bondong mengangkut hasil temuannya. Sepagi ini mereka mencari makan. kuhirup udara bersih pinggiran kota yang masih jauh dari polusi. Beberapa meter dari sini terdapat taman yang tak cukup luas, di setiap sudutnya terdapat bangku taman, aku sering menghabiskan waktu disana, hanya untuk menulis atau mencari inspirasi. Nampaknya liburan semesterku erlalu lama, enggan juga untuk pergi berlibur, bukankah disini jauh lebih menyenangkan? Ah, mungkin sekilas aku tak jauh beda dari gadis kota lainnya, hanya saja aku tak suka keramaian. Entah mengapa, keramaian selalu membuatku merasa berputar-putar, dan tiba-tiba semuanya menghitam.
         Kita berada di penghujung Januari, jalanan terlihat basah, selalu basah, entah hanya gerimis, atau hujan deras sekalipun. Lalu pada siang hari, udara terasa panas. Biarlah alam yang berkuasa. Namun, seberkuasanya alam, tetap saja ada yang lebih berkuasa daripadanya. Sepagi ini matahari tak juga memberi tanda untuk menaklukkan hari, yang terlihat hanya biasnya saja, langit terlihat biru, meskipun beberapa awan hitam menggantung di sudut timur. Aku tak pernah memiliki teman, mereka menganggap aku orang yang aneh. Aku pun tak suka bergaul, hanya saja bila di rumah aku memiliki beberapa teman yang kebetulan menjadi temanku sejak kecil. Aku selalu tak percaya bahwa sahabat itu ada, bagiku sahabat terbaik hanyalah doa, meskipun tak pernah berjanji untuk selalu mengatakan “iya”, tetapi doa tak pernah berbohong, tak pernah berdusta, dan tak pernah menyakiti. Angin pagi mulai mengacau jendela ruangan ini, menerbangkan beberapa kertas lipat yang akan kubuat menjadi bintang kertas. Aku suka melakukan hal-hal yang kurasa itu tak penting apabila dipandang orang lain. Tetapi membuatku senang, setidaknya ada sebuah hiburan sembari menunggu 1 bulan masa liburanku yang membosankan. Setiap pagi, dari jendela ruangan serba merah muda ini, aku melihat anak-anak sekolah, entah yang berjalan kaki, mengayuh sepeda, bahkan naik sepeda motor. Terkadang aku melihat sepasang remaja berangkat sekolah sembari bergandengan tangan, nampaknya sepasang cinta monyet yang hangat-hangatnya memadu kasih. Aku selalu tersenyum saat melihat mereka. Seperti pagi ini, hujan yang tak terduga membuat sepasang kekasih itu menyisir tempat untuk berteduh, tepat di depan rumahku. Semut-semut yang sedari tadi sibuk mencari makan pun berhenti, daun yang dijadikannya tempat berteduh bergoyang-goyang tak tentu arah. Beberapa anak sekolah dasar mengayuh sepedanya sekencang mungkin, membuat seragam merah putih itu penuh percikan air hujan. Beberapa orang yang berteduh di pinggiran toko berseru kencang menyuruh anak-anak itu untuk berhati-hati.
          Aku kembali menatap sepasang remaja yang berada di emperan toko di depan rumahku. Terlihat si lelaki memberikan jaket yang dikenakannya kepada si perempuan. Senyum mengembang dari keduanya. Hujan semakin deras. Padahal hari tak pernah berhenti berputar. Aku melongok jam dinding yang menggantung di sudut ruanganku ini. Tepat pukul 7, tentu sepasang remaja yang memadu kasih itu akan terlambat untuk berangkat sekolah. Mungkin, gurunya akan memberi dispensasi karena alasan hujan. Kedua remaja itu akhirnya nekat menembus hujan, menjinjing sepatu masing-masing, dan berharap hujan segera menyudahi kedatangannya. Benar saja, sesaat mulai reda, karyawan-karyawan kantor kembali mengendarai motor dan menebas gerimis kecil. Aku mulai menutup jendela ruanganku, udara terasa dingin. Tapi tak sedingin kisah cinta sepasang remaja tadi. Ah, masa muda memang tak akan datang dua kali, tetapi aku selalu menghabiskan waktuku untuk sendiri. Namun, aku sering bertanya, bukankah ini menyenangkan? Ya teramat menyenangkan. Aku lebih suka menunggu yang pasti. Tetapi sampai kapan aku menunggu? Pertanyaan itu pernah terlontar dari seorang teman, biarlah waktu yang menjawab. Bukankah cinta itu tak perlu dipaksakan datang dan perginya? Bukankah cinta itu akan datang jika sudah tiba waktunya? Bukankah kita hanya perlu bersabar? Jika ada yang mengatakan aku kesepian, aku hanya akan tersenyum untuk menjawabnya, lalu aku kembali bertanya, bukankah hidup ini memang untuk sendiri? Aku tidak pernah kesepian, selagi masih ada harapan, orang tua, dan semua doa-doa. Aku juga tidak pernah merasa sendiri, mungkin memang terlihat aku sendiri, tetapi tidak. Aku menikmati hidupku, aku tidak sekesepian itu.

Jum’at, 30 Januari 2015
1.15 pm
Teruntuk yang lelah merasa sepi, yakinlah ini sangat menyenangkan :)

Sedikit cerita tentang "AYAHKU PULANG"

          Tiap ingat proses ini, terkadang aku rindu, rindu pulang sampai larut malem (tapi ga mau lagi ding, spot jantung di jalan), rindu digigitin nyamuk sampai kulit merah-merah, rindu debat kusir sama temen-temen, rindu dimarahin pelatih, rindu beli sosissss hoootttt naga super pedas, rindu foto-foto sama temen, rindu ngangkatin properti buat pentas, pokoknya rindu segala kebersamaan yang berlangsung hampir selama 5 bulan itu. terkadang sebel juga sih sama ketuanya, tapi yaudahlah, namanya sifat mana bisa diubah. ini aku kasih beberapa fotonya, mulai dari proses sampai pentas ya, hehehe.
Ini pelatih kita yang keceh badai :D (mas Orfil)

Ini salah satu bentuk narsis, tapi mukanya tetep muka-muka capek ya, tapi gapapa, namanya juga usaha :D


Ini salah satu usaha pemain, ah mereka memang hebat ;)

Usaha mas Hermawan nih, sampai pusing kepalanya hafalin naskah yang bejibun, semangat
Ini salah satu bentuk tertib latihan , bayangin aja pas hari minggu tapi latihan, kita memang keren bung :D
Apipup, paksutradara kita yang narsis ;)
Karena kita tim yang keren, malam tahun baru pun kita latihan, dan bakar-bakaran nih hasilnya, enak enak enak ;), kebersamaan itu menyenangkan :3

Betapa capeknya para lelaki yang semalaman ga tidur, yang cewek mah emang g boleh bantuin, semangat, usaha kalian emang keren ;)
          Sebenarnya masih banyak lagi foto-fotonya, tapi saking banyaknya, aku jadi pusing mau ngupload yang mana, hmmmm. meskipun capek dengen semester yang melelahkan, tapi aku bersyukur, karena dengan drama ini, aku jadi tahu sifat asli temen-temen, oh ternyata, hahahaha.
sebentar, aku pengen ngasih tahu foto-foto pas pentas di TBS, keren dong, ini nih
Keren kan, ini adegan ibu dan gunarto yang berhasil buat penonton nangis dengan tepuk tangan yang meriah, love this projectlah pokoknya :)
Ini salah satu bentuk capeknya pemain (Mintarsih atau gitaah) kasian ini sebelum gladi dia minta pulang trus kerokan deh :D
AYAHKU PULANG, pertunjukkan mulai genting nih :)
Pamfletnya, keren kan, buatan pelatih sendiri ;)
Kalau ini logo kita SK42M
Pemusik, ada dek Janit, mas Nara, mas Ryan, dan teman-teman kelas :)

Aku pasti rindu hari itu, tempat itu, dan suasana itu :)

Itu tadi foto-fotonya, kuota terbatas jadi uploadnya juga dibatasi, hehe. menyenangkan sekali proses ini, aku pasti rindu kalian, udah yaaa......hehehe