Rabu, 26 Juni 2013

RESENSI NOVEL



LOL (LAUGH OUT LOUD) KAMBING JANTAN
Judul                 : Kambing Jantan
Pengarang         : Raditya Dika
Penerbit            : Gagas Media
Halaman           : 237 halaman
Tahun Terbit      : 2005
Harga               : Rp 35.000,00
Kategori           : Nonfiksi-Komedi

                 Raditya Dika (Radith/ Kambing/ Dika) adalah seorang penulis yang menurut saya “gila”, penulis yang satu ini memiliki selera humor yang tinggi, karya-karyanya mampu  membuat orang yang membacanya gila akut dan bisa mati ayan karena tertawa terus-menerus. Bahkan, bukunya sering dianggap menyesatkan, tidak berisi, dan bisa membuat orang menjadi bodoh.
            Salah satu bukunya yang terkenal adalah Kambing Jantan yang merupakan karya nonfiksinya yang pertama. Awalnya buku ini lahir dari kegiatan iseng-iseng Dika yang menulis jurnal harian di internet atau sekarang bahasa gaulnya: blog. Namun, lama-kelamaan banyak yang suka membaca kisah hidupnya yang aneh, banyak yang mengatakan lucu, hingga suatu ketika, muncul sebuah pertanyaan saat Dika sedang diinterview mengenai blog oleh salah satu website lokal: “Bagaimana kalau suatu hari blognya dibukukan?”, hingga pada akhirnya hadirlah buku ini.
            Secara umum buku ini berisi catatan harian Dika ketika masih di SMA hingga kuliah di Adelaide, Australia. Berbagai macam kesialan yang dihadapi Dika justru mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri yang justru menghibur diri pembaca dengan membaca bagaimana saat Dika menghadapi malapetaka itu dengan cara yang mengocok perut. Buku ini berisi full-humor dan kejadian-kejadian nyata sehari-hari yang dialami Dika yang ditulis dengan sentuhan humor, mulai dari pengalaman hampir mati kekurangan oksigen karena kentut saat terperangkap di lift, difoto temannya saat mandi dalam keadaan telanjang, sampai hal yang absurd seperti diikuti orang homo saat di bioskop. Hingga hal aneh seperti berikut:
“Esok paginya, ternyata jerawat gw makin banyak!!!! Tidakkk… rupanya ada yang infeksi gitu soalnya si tukang salon salah ngasih obat…
Nyokap gw langsung panik, mulai saat itu dia tiap malem bersiin muka gw pake lotion ama toner pembersih. Ajaibnya setiap kali dibersiin ama dia, paginya pasti jerawat gw berkurang banyak sekali!!!!
Selidik punya selidik, gw bertanya pada sang mama…
Gw      : Ma, kok jerawatnya ilangnya banyak banget sih? Lotionnya bagus yah?
Nyokap: Wahhh… rahasianya bukan di krim ato tonernya, Kung…
Gw      : Trus?
Nyokap: Rahasianya tuh pada kain yang mama pake buat bersiinmuka kamu!
Pas gw ngeliatin tuh kain ternyata bentuknya segitiga, ternyata ada karetnya di bagian atas… ternyata… itu adalah kolor bokap gw!!!!!!!
TIIIDAAAAAKKK…. jadi selama ini nyokap gw menjamah dan mengusap muka gw pake kolornya bokap… Huhuhuu… nasib… tapi manjur lho!
Pesan moral: ternyata selain buat topi, kolor punya kegunaan lalin yang menakjubkan.”
Cerita di atas merupakan salah satu cuplikan dari isi buku Kambing Jantan.
            Cerita dalam buku Kambing Jantan ini dikemas secara sederhana. Namun, meskipun sederhana mampu membuat penikmat buku ini berimajinasi tentang kekonyolan dan keabsurd-tan yang dilakukan Dika. Hal ini sebagai bukti bahwa penyampaian maksud dari penulis kepada pembaca buku ini bisa tersampaikan dengan baik. Hubungan antara sistematika di setiap cerita disajikan secara runtut, meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul. Namun, justru itu hal yang penting, karena sesuai dengan perkembangan zaman, ditambah lagi dengan full-humornya sehingga membuat buku ini banyak diminati oleh setiap kalangan. Jika dibandingkan dengan buku sejenis yang juga lucu, tengil dan bisa menjadi obat antistres yang berjudul Cado-Cado Kuadrat (Catatan Dodol Calon Dokter) karya Ferdiriva Hamzah yang juga menceritakan pengalaman hidupnya saat ko-ass (ko-assistant dokter) atau pendidikan lanjut saat menjadi mahasiswa kedokteran dulu, yaitu mulai dari menangani pasien yang menjedot-jedotkan stetoskop ke kepalanya sendiri, sampai dia sendiri yang menjedotkan kepalanya saat menghadapi dosen. Cerita yang disajikan sejenis dengan Kambing jantan, sama-sama menceritakan pengalaman dan sama-sama berkategori nonfiksi-komedi. Sebenarnya pengalaman Ferdiriva selama menjadi ko-ass juga penuh dengan hal-hal yang absurd, lucu, dan membuat gila. Untuk menjadi seorang dokter, Riva tidak hanya bergelut dengan keseriusan yang tinggi , tetapi full-humornya bisa dikatakan kocak. Namun, dalam penyajiannya, bahasa yang digunakan masih resmi dan tidak sesantai karya-karya Raditya Dika, walaupun memang setiap penulis memiliki gaya atau cara-cara tersendiri saat menyampaikan tulisannya, tetapi untuk ukuran nonfiksi-komedi layaknya dibuat sesantai mungkin dan tidak perlu terlalu resmi.
            Karya-karya Raditya Dika banyak diminati di segala kalangan karena kelucuannya dan hal-hal absurd yang kerap kali disajikan. Sehingga karya-karya Dika sebagai sebuah karya yang berbeda dengan karya-karya yang biasa dijumpai yang banyak memuat tentang tema percintaan, keluarga, dan fikski-fiksi yang lain. Dengan kambing jantan ini, Raditya Dika menyajikan hal yang baru, dalam buku ini tidak diperlukan kreativitas pemikiran dan ide, karena bukan sebuah karya fiksi. Namun, walaupun nonfiksi kreativitas penyampaiannya baik karena juga disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan gambar-gambar yang lucu. Namun, untuk masalah kelayakan buku, buku ini hanya bisa dinikmati oleh remaja hingga dewasa, meskipun sebenarnya dapat dinikmati oleh semua kalangan, tetapi untuk anak-anak sebaiknya jangan diberikan bacaan seperti ini, karena di dalamnya terdapat hal-hal yang belum pantas diketahui oleh anak. Dalam buku ini samasekali tidak ada penerapan EYD dengan benar, karena mungkin ini adalah salah satu ciri karya humor yang tidak perlu memperhatikan EYD dengan benar, karena dalam buku ini lebih menekankan pada bahasa-bahasa gaul anak-anak zaman sekarang. Buku ini disayangkan jika dilewatkan, meskipun kurang mendidik, tetapi tepat untuk sekedar hiburan.
            Setiap karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi apapun itu, setiap karya pasti dibuat semenarik mungkin agar pesan-pesan yang disampaikan penulis bisa sampai pada pembaca. Untuk buku Kambing Jantan ini sendiri, satu hal yang harus pembaca tahu sebelum membaca buku ini adalah agar tidak menganggap semuanya serius, buku ini memang kurang mendidik, tetapi full-humor yang disajikan adalah sebuah inovasi sebuah karya sastra sehingga tidak terlalu monoton dengan karya yang hanya biasa-biasa saja.