PERLUKAH
BERHIJAB?
Liza Tri Handayani
“Katakanlah kepada
wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya,
memelihara kemaluannyadan menutup kain kerudung ke dadanya. Janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka ataupun ayah
mereka, atau ayah suami mereka atau anak-anak mereka”(QS.An-Nur:31).
Pada hakikatnya
perempuan diwajibkan untuk menutup auratnya, karena aurat adalah
perhiasan perempuan yang harus dijaga.Wajib atau tidak? Sebenarnya
diwajibkan dalam Islam, lalu bagaimana dengan agama lain? Saya pernah
bertanya pada seorang teman yang beragama Nasrani “apa dalam
agamamu juga diwajibkan untuk menutup aurat?” kemudian dia menjawab
“dalam agamaku tak mengajarkan seperti itu, tak ada aturan dan tak
ada firman dalam Al-Kitab yang mewajibkan, namun seperti
biarawati-biarawati yang banyak dijumpai terkadang kelihatan seperti
mengenakan kerudung dan baju panjang, itu karena mereka mengabdi pada
Tuhan, mereka juga tidak akan menikah karena sepanjang hidupnya hanya
akan digunakan untuk mengabdi pada Tuhan”. Lalu bagaimana dengan
Islam? Sudahkah kita melaksanakannya? Jelas bahwa dalam Islam memang
mewajibkan, namun tak banyak yang menyadari hal ini, cukup
mencengangkan bukan? Mereka memeluk agama Islam bahkan meyakini Islam
sebagai kepercayaan mereka. Namun, tak mengerti kewajiban-kewajiban
apa saja yang harus dilakukan.
Hijab?
Semua perempuan
cantik, dilahirkan untuk menjadi pelengkap tulang rusuk seorang
laik-laki. Seringkali penampilan dijadikan sebagai tolak ukur
kecantikan seorang perempuan, padahal bukan hal itu yang terpenting,
karena akhlaknyalah yang menempati posisi pertama kecantikan seorang
perempuan. Dalam trend
zaman
yang serba modern seperti sekarang ini tentu saja tak asing dengan
istilah berhijab. Dengan berbagai macam mode yang ditawarkan dalam
hijab, para kaum hawa mulai tertarik untuk berhijab.Mulai berniat
tulus untuk berhijab? Ataukah hanya tertarik dengan modenya saja? Hal
ini meskipun saling berhubungan namun begitu jauh perbedaannya. Hijab
memang bukan perkara yang mudah, tidak hanya asal berhijab, namun
harus memikirkan matang-matang atas sebuah keputusan untuk berhijab,
agar tak mengalami titik jenuh kedepannya nanti. Hijab sebagai mode
mungkin lebih tepat untuk menggambarkan keadaan sekarang ini, bahkan
terkesan untuk “gaya-gayaan”.
Menutup aurat namun menggunakan pakaian yang serba pass
body
tentu saja mengundang hal-hal yang tidak diinginkan, ini juga bukan
merupakan hijab sepenuhnya. Namun, hanya hijab trend.
Hijab yang
seharusnya wajib bagi seorang muslimah pada kenyataannya hanyalah
sarana penglaris mode-mode fashion
yang sedang booming
di kalangan kaum hawa. Tiba-tiba saja banyak yang berbondong-bondong
berhijab , tetapi apabila trend
telah berakhir, maka berakhirlah pula hijab-hijab itu tadi. Sehingga,
mulai jarang dijumpai muslimah yang anggun dengan pakaian yang serba
menutupi aurat. Bergaya dalam hijab sebenarnya tidak salah, tidak
salah juga apabila disesuaikan dengan mode, asal tidak mengurangi
ketentuan-ketentuan yang telah ada, misal saja dengan baju-baju
yang“ketat”,
baju dengan lengan tiga
perempat,
celana-celana yang jauh dari kata “enak dipandang”, seorang
muslim yang baik tentu saja tidak menyukai pemandangan seperti itu.
Namun, bagaimana untuk mereka yang bertabiat buruk? Mungkin hal ini
sebagai pemicu utama adanya tindak kejahatan. Perempuan
memang selalu ingin tampil cantik dan modis namun tetap natural,
ingin tampil trendy
namun dengan make
up
yang tidak terkesan “menor”,
ingin tampil secantik mungkin dengan pakaian-pakaian yang bagus,
dengan kata lain perempuan ingin selalu tampil sempurna, perempuan
ingin dinilai bahwa ia cantik meskipun sebenarnya tidak cantik
sekalipun. Jangan heran karena entah mengapa pemikiran itu ada dan
berkembang sampai sekarang.
Hijab
yang Benar
Dalam setiap hal
pasti memiliki aturan-aturan yang penting, begitupun dalam berhijab.
Setidaknya aturan ini ada untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan
yang banyak sekali terjadi. Muslimah yang berhijab hendaklah tidak
“setengah-setengah”
dalam memantabkan niat berhijab. Ya, meskipun belum terbiasa bahkan
mungkin sulit, tetapi kewajiban tetaplah menjadi sebuah kewajiban
yang tetap harus dijalani. Seperti dalam firman Allah SWT dalam Surat
Al-Ahzab ayat 23 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. Berhijab memang bukan perkara mudah karena seseorang
yang berhijab harus memantabkan hati. Pernah mendengar bagaimana
berhijab yang benar? Tentu saja dengan mengenakan pakaian yang tidak
memperlihatkan kemolekan tubuh, tidak memperlihatkan lekuk tubuh
dengan mengenakan baju lengan panjang dan yang pasti sempurna menutup
aurat. Dalam mengenakan kerudung boleh saja dibuat semodis mungkin,
asal jangan jauh-jauh dari ketentuan yang ada, karena mengenakan
kerudung tidak sekedar dikenakan begitu saja sebagai penutup kepala.
Namun, juga menutupkan kerudung sampai dada, tentu saja maksudnya
adalah mengenakan kerudung yang besar, yang benar-benar sempurna
menutup aurat. Terkadang banyak pertanyaan, apakah kaki merupakan
aurat? Ya pasti, kaki termasuk aurat yang harus ditutup juga. Para
muslimah biasanya menutup kaki mereka dengan menggunakan kaos kaki.
Sempurna sebenarnya jika perempuan mengenakan pakaian muslimah dengan
kerudung besar, baju panjang yang terkesan longgar, terlihat cantik
dan anggun, dan tentu saja lebih mudah dikenali bahwa mereka seorang
muslimah. Mudah sebenarnya, tetapi sulit bagi muslimah yang belum
bisa berkomitmen atas sebuah keputusan untuk berhijab.
Perlukah?
Banyak yang
mengatakan sekarang ini berhijab adalah sebuah trend
atau usuman
dan banyak yang berhijab. Namun, tidak sesuai dengan kaidah yang
sebenarnya, kenyataannya hal ini memang benar. Bahkan, banyak dari
mereka yang berhijab hanya sekedar untuk ikut-ikutan, hanya sekedar
“pengin-penginan”.
Bahkan banyak diantaranya yang tidak tahu arti sebenarnya berhijab,
dan parahnya lagi
banyak
juga yang belum bisa memahami arti berhijab menurut pandangan Islam.
Bagaimana keadaan muslimah di zaman sekarang? Ada banyak yang
berhijab, tetapi hanya sekedar bergaya. Ya, saya pernah mendengar
seseorang berkata seperti itu, dia bisa menyimpulkan kata-kata itu
mungkin karena mereka mengamati lingkungan sekitar mereka yang
seperti itu. Terkadang dalam kenyataannya hijab hanya sebagai bagian
formalitas, misal saja mereka yang dituntut untuk berhijab padahal
hati mereka belum memantabkan niat. Hal ini banyak dijumpai, ada yang
mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah masalah waktu dalam memiliki
sebuah niatan.
Hanya
masalah kebiasaan. Namun, bagaimana bila tak timbul juga sebuah niat
melalui kebiasaan? Ya, semua tergantung tiap-tiap individu. Mereka
memiliki hak dalam hidupnya. Segala aturan, segala kewajiban memang
sebaiknya ditaati dan dilaksanakan, akan tetapi apa harus dengan
paksaan? Tentu saja tidak, segala hal yang berawal dari paksaan tentu
hasilnya tak baik, segala hal yang dimulai dari ketidakyakinan pasti
akan terkesan buruk meskipun dibuat sebaik mungkin. Muslimah yang
baik pastilah menyadari bahwa hal yang telah ditetapkan Allah SWT
pastilah yang terbaik. Sehingga, mereka berbondong-bondong untuk
senantiasa menutup aurat mereka dengan cara berhijab. Lalu, bagaimana
dengan mereka yang belum mendapatkan hidayah untuk berhijab? Semua
tergantung bagaimana seorang muslimah menyadari bahwa hal ini perlu.
Akan tetapi, banyak ditemui seorang muslimah yang benar-benar paham
tentang kewajiban-kewajiban mereka. Namun, ada juga muslimah yang
belum sepenuhnya tahu kewajiban-kewajiban seorang muslimah itu
sendiri.
Perlu diketahui
bahwa setiap orang pasti memiliki pemikiran-pemikiran yang
berbeda-beda dan untuk mengenai perlu ataupun tidak perlu dalam
berhijab sebenarnya perlu. Bahkan, wajib untuk dilaksanakan karena
perintah-perintah telah jelas adanya. Tinggal kita mau atau tidak?
Tinggal kita memiliki sebuah niat atau tidak? Tinggal kita memiliki
keteguhan dalam hati atau tidak? Lagi-lagi ini masalah dari tiap-tiap
individu. Bukankah segala konsekuensi akan ditanggung sendiri? Bukan
perkara di dunia saja, namun bagaimana pula kita bertanggung jawab di
akhirat nanti. Cantik tidak harus dengan dengan rambut terurai bukan?
Cantik tidak harus dengan kecantikan wajah saja. Namun, cantik lebih
mendominasi perempuan-perempuan yang bersedia menutupi aurat mereka
dan hanya akan diperlihatkan bagi mereka yang senantiasa menjadi
teman hidup atau suami
mereka,
maka mereka merupakan laki-laki yang beruntung, beruntung mendapatkan
istri yang shalehah yang senantiasa berbakti pada suami mereka.
Berhijab terkadang menentukan karakter seorang muslimah. Bilamana
kita menyadari apakah hijab itu perlu atau tidak perlu, apakah
berhijab itu diharuskan atau tidak, sebenarnya segala kewajiban
adalah sebuah kesepakatan. Dijalankan atau tidak dijalankan tetaplah
menjadi kewajiban. Hanya seperti memilih sebuah kesempatan baik. Jika
kesempatan baik itu diambil maka akan mendapat kebaikan pula. Namun,
jika kesempatan itu tidak diambil tentu saja akan merasa merugi.
Begitulah berhijab seperti sebuah kesempatan dengan kemantaban niat.